RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

SAMISHIKATTANE MOM



“Oh my god?!! I’m forget!!” Teriak sizuka saat ia mendengar ayam yang sedari tadi membangunkannya. Sizuka tidak ingat bahwa hari ini merupakan UAS pertamanya di perguruan tinggi. Tanpa basa-basi Sizuka langsung pergi ke kamar mandi dan mengambil wudlu. ia selalu menggunakan jurus ampuhnya ketika ia mau ujian.
Dinginnya air yang menusuk hingga ke jantung,lembutnya sapaan angin serta mesranya lambaian bantal guling biru kesayangannya tak membuat Sizuka terlena akan rayuan mereka.
Dengan muka yang segar, Sizuka kembali ke kamar dan mulai bersiap untuk berdialog  dengan tuhan. Ia mulai memakai seragam khas yang selalu ia pakai untuk berdialog dengan tuhan. Setelah semua ia persiapkan, akhirnya ia mulai menyapa tuhan dengan sujud-sujudnnya.
Lantunan ayat suci menambah semarak khusuknya. Meski beberapa setan sedang bergelantungan di sudut-sudut bulu matanya, ia tetap berusaha untuk tetap menyegarkan pikirannya dengan ayat-ayat cintaa itu. Namun, tanpa disengaja ia tertidur  pulas di atas sajadah cintanya.
Tiba-tiba ia merasakan sebuah kesejukan yang teramat mendalam. Ia berjalan mengarungi samudera yang lepas. Disudut pantai, ia melihat bayangan seorang anak kecil yang sedang duduk termenung menikmati pemandangan yang begitu indah itu. Ia penasaran dengan gadis kecil itu. Perlahan, iapun menghampirinya.
“dek, sedang apa disini?” tanya Sizuka penasaran.
“aku sedang menunggu pahlawan sejatiku” jawabnya dengan suara yang begitu lembut. “pahlawan yang selalu menemaniku setiap saat.” Sambungnya.
Tanpa dia suruh, anak kecil itu terus menceritakan semua kisahnya bersama dengan sang pahlawan supernya.
“siapa dia?”  Sizuka semakin penasaran dengan semua yang dikatakan oleh anak kecil itu.
“tak usahlah kau tahu, siapa sebenarnya pahlawanku ini. karena sebenarnya kaupun memilikinya sama sepertiku”
Sizuka terlihat seperti keheranan. Ia benar-benar tidak mengerti dengan semua yang dikatakan oleh gadis kecil itu. Gadis kecil itu terlihat begitu lugu namun sangat menarik. Dari cerita yang ia sampaikan, sizuka menganggap bahwa anak itu merupakan sosok seorang gadis kecil yang berjuang dengan sangat gigih untuk tetap hidup tanpa bantuan siapapun. Namun, anehnya gadia kecil itu selalu membicarakan tentang pahlawan supernya itu. Katanya ia idak pernah bertemu dengan pahlawannya itu, namun ia selalu datang dalam mimpinya.
“Mungkin anak ini sedang berimajinasi tentang sailormoon yang sangat ia dambakan” pikir Sizuka.
すみません。[1]Tebakan kakak salah.” Jawabnya.
“oh tuhaan... kamu tahu apa yang aku katakan?”
“janganlah kau bersedih padaku nanti, jika suatu hari nanti pahlawanmu akan meninggalkanmu sendirian” jawabnya.
Sizuka semakin tidak mengerti, “apa yang sebearnya akan terjadi padaku ini?”  katanya.
Sesaat, Sizuka menerawang birunya langit sambil mengartikan semua hal yang dibilang oleh anak tersebut. Ia berharap ada sebuah jawaban dari langit yang selalu tersenyum padanya. Namun harapannya beku, tak ada satu tandapun  bahwa langit menjawab semua yang dipertanyakan oleh Sizuka.
“tha’s a hero?? Who is he? Can i look him?” pikirnya lagi. Saat ia sudah merasa tidak bisa menjawab semua itu sendirian. Ia menengok ke arah gadis kecil itu. Namun, apa yang terjadi? Gadis itu menghilang tanpa meninggalkan jejak diatas putihnya pasir ini.
Sizuka begitu terkejut dengan kejadian itu. Tiba-tiba langit kota tokyou yang indah itu berubah menjadi gelap. Seakakn-akan ada sesuatu yang menghalanginya. “nandeyo?[2]” pikir Sizuka.
Kegelapan itupun membuat hilangnya keindahan bunga sakura. Sizuka melihat keseluruh sudut pantai timur jepang itu, namun rasanya seperti tak ada lagi kehidupan. Yang ada hanyalah Sizuka bersama raganya sendiri. Sizuka mulai gemetar, ia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Ia hanya melihat-lihat sekelilingnya serta merenungkan apa yang sebenarnya terjadi.
Tiba-tiba ada seberkas cahaya yang begitu menyilaukannya. Ia mencoba untuk meraihnya, namun hal itu selalu gagal ia lakukan. Dari tengah cahaya itu, tiba-tiba muncul sebuah gelombang angin yang begitu besar. Sizuka berusaha untuk menghindarinya, namun tak bisa. Rasanya angin itu membawa Sizuka ke sebuah tempat yang tak begitu jauh. Ternyata, ia dibawa ke sebuah ruangan tempat ibunya melahirkan dahulu. Ia melihat ibunya merintih kesakitan saat melahirkannya. Keringat yang mengalir dikeningnya begitu membuktikan bahwa ia sedang merasakan sakit yang amat dalam. Sizuka menangis begitu melihat ibunya sedang  melahirkannya.
Sesaat sesudah melihat proses lahiran ibunya. Tiba-tiba angin itu membawa Sizuka ke tempat yang lain. Tak sempat ia mempertahankan dirinya. Angin itu begitu kuat mendorong badan Sizuka.
Setelah berapa lama, akhirnya Sizuka tiba ditempat yang sangat ia kenali. “eeto... koko wa watashi no uchi desu ne?”[3] Meskipun begitu, Sizuka masih merasa kebingungan. Ia masih belum mengerti tentang semua hal yang terjadi kepadanya.
“ima, watasi wa totemo bozen to shimasu ne!!”[4] . Sizuka melihat-lihat ruangan yang serinng ia gunakan untuk tempat bermainnya. Namun tiba-tiba ada sekelebat anak kecil yang berlari-lari kemudian ia di kejar oleh orang tuanya. “rasanya aku kenal? Dare desu ka?[5]” sizuka terlihat memperhatikan wajah-wajah yang saling berkejaran itu. Setelah beberapa saat melihatnya, akhirnya ia mengenali waja-wajah itu. Ternyata itu adalah Sizuka kecil dan ibunya. Sizuka dulu memang selalu tidak mau makan. Air matanya kembali mengalir tatkala ia melihat keringat ibunya mengalir diwajah yang begitu halus. Dahulu ia tak pernah memikirkan betapa capenya ibu yang selama ini ia dambakan.
Setelah besar, ia berpisah dengan orang tuanya karena sebuah cita-cita yang ia bangun semenjak ia di SMA. Ia pergi ke negeri sakura atas perjuangan yang ia lakukan selama ini. Sizuka, begitulah orang-orang jepang memanggilnya. Tapi nama aslinya adalah Naya. Naya kecil memang terlihat sudah lincah sekali di sekolahnya. Bahkan tak jarang guru-guru disekolahnya kenal sekali dengan yang namanya Naya.
Angin ajaib itu kembali membawa lamunan Sizuka alias Naya ke tempat yang berbeda lagi. Ditempat yang lain, ia melihat ibunya terbujur kaku ditutupi sebuah kain yang begitu halus serta putih. Melihatnya, sontak naya langsung memeluk ibunya. Namun hal itu tak bisa ia lakukan. Entah kenapa angin yang begitu besar itu kembali menyeret Naya yang sedang berusaha meraih tangan ibunya serta berusaha memeluk raga ibunya yang terbujur kaku itu. Naya berteriak sekencang-kencangnya. Namun tak ada seorangpun yang mendengar jeritan Naya itu.
Ditengah jalan, Naya terus meneteskan air matanya. Badannya sangat bergetar. Ketakutan yang sangat dalam sekarang sedang menyelimuti raga serta pikirannya. Tiba-tiba terdengar suara adzan dari kejauhan. Naya membukakan matanya perlahan. Ternyata semua itu hanyalah mimpi. Naya beristighfar beberapa kali. Mungkin karena ia sangat merindukan orang tua serta keluarganya yang berada di Indonesia, jadi hal itu membuatnya bermimpi seperti itu. Diatas sajadah perjuangannya, Naya merenungi kata-kata seorang gadis kecil yang menceritakan tentang pahlawan sejatinya. Ia baru mengerti bahwa sebenarnya ia juga mempunnyai seorang pahlawan. Yaitu ibu. Ibu yang mengandung serta melahirkannya. Ibu yang mengurusnya dari kecil hingga dewasa tanpa kena lelah. Ibu yang selalu bersabar menghadapi anaknya yang begitu manja serta nakal.
“Haha, anata wa watashi no yushi ne!”[6] Air mata Sizuka kembali menghiasi wajah mungilnya. Sejenak Sizuka berfikir tentang semua jasa yang telah orang tuanya berikan. Sambil berfikir, ia mencoba meraih HP-nya. Kemudian ia menekan tombol otomatis untuk nomor orang tuanya di indonesia. Namun, tiba-tiba Sizuka berdiri, ia lupa bahwa ia belum shalat subuh. Untunglah kamarnya dekat dengan sebuah masjid yang merupakan masjid pusat di Tokyo. Sizuka langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudlu kemudian shalat subuh.
Ia kembali berdialog dengan Tuhan. Ia mengadukan semua rasa rindu yang begitu berat kepada kedua orang tua serta keluarganya. Sizuka berharap semoga tuhan menyampaikan rasa rindunya kepada semua keluargannya.
Setelah shalat, Sizuka kembali meraih HP-nya kemudian ia menekan tombol otomatis yang langsung menghubungkannya dengan sang mama.
“Assalamu’alaikum sayang” suara halus mama masih terdengar seperti dulu.
“Wa’alaikumsalam ma” jawab sizuka.
“tumben sayang, ada apa? Bukannya kamu harus ujian hari ini?” tanya ibunya.
“iya ma. Tapi aku kangen sama mama, papa, ade serta kakakku ma” suara manja Sizuka alias Naya terdengar merdu ditelepon.
“Mmm... anata wa benkyou sina kereba narimasen ne!! Chotto... gambatte ne![7]kami disini baik-baik saja kok. Kami selalu mendo’akan kamu disana. Semoga tuhan selalu memberikan kemudahan bagi kamu sayang”
Naya terdengar menangis ditelepon.
“Naya sayang.... kamu adalah keluarga yang sangat kami banggakan. Jadi jangan kecewakan kami ya?! Anak mama tak boleh menangis! Anak mama biasanya selalu ceria dan selalu bersemangat dalam hal apapun. Oke???” mama Naya selalu memberikan semangat kepada Naya tatkala ia sedang sedih ataupun sedang merasakan homesick.
“Ma, Naya sayang mama. Naya sayang papa. Naya juga sayang semuanya. Do’akan Naya selalu ya ma? Assalamu’alaikum” naya menutup teleponnya, karena ia tak mau kerinduannya menjadi semakin dalam.
Naya kembali ke meja belajarnya, kemudian ia belajar lagi karena siang ini ia harus ujian.


[1] Sumimasen “maaf”
[2] Apa ini?
[3] Hmm... ini kan rumah saya?
[4] Sekarang aku begitu bingung.
[5] Siapa ya?
[6] Ibu, ternyata engkaulah pahlawanku.
[7] Kamu harus belajar ya, ayo... semangat.

0 komentar:

Posting Komentar