RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

Masa-masa yang Gila!

Jengjreeeeeng!!!
Cie-cie-cieeeeeeeeeeeeeee.... PENGUMUMAN UN ya???? 
Pasti degdegan, kan?
Haha

Hmm.. Dulu aku juga sama kok. Malah hal yang paling aku benci itu adalah UN. Kenapa coba? Karena nilainya nggak sesuai dengan hati. Heuh! Yang sehari-harinya biasa di kelas, eh tiba-tiba nilai UN-nya melebihi yang super-super di kelas. Kalo dipikir selintas sih memang ANEH!!! 

Sebenarnya, UN itu salah satu didikan yang tidak mendidik. Kenapa? Pasti semua orang tahu lah. Tidak mungkin tidak tahu! Masa sih nggak tahu? Apa perlu aku jelasin? Tidak juga kan? heuheu
Sebenarnya aku tidak mau sih menuliskan hal ini. sungguh sangat mengerikan. Ingin berstandar internasional, tapi sebenarnya hanya standar nasional. Itu pun hanya sebagian, tidak dengan sekolah-sekolah yang berada di pinggir desa. 
Ah, sudahlah. Pusing juga dengan sistem yang ada. 

Well, kita bernostalgila saja deh. Dulu, setiap kelas 3 -Baik itu kelas 3 SMA maupun kelas 3 SMP- selalu saja menjadi hal yang paling menakutkan dalam hidupku. Pasalnya waktu TO SMP aku pernah tidak lulus gara-gara pensilku tidak terdetek oleh komputernya. Buset dah! Sumpah bikin stress banget. Udah mah di sindir terus sama guru-guru di kelas. Eh, dihakimi semua guru yang mengenalku di ruang guru. Heuheuheu... Ya, mungkin sebenarnya bagus sih mereka menegurku. Tapi nggak rembukkan juga kali.. Kan aku jadi takut. Aku sampe nangislah itu di ruang guru. PAdahal sebenernya kalo udah diperiksa manual, nilainya melebihi batas nilai kelulusan kok. Hah, dasar!
Setelah UN SMP beres, aku juga dinyatakan tidak lulus dimanapun. Aneh, ya! Padahal aku tidak terlalu bodoh. Aku bahkan masuk rangkin 3 besar di kelas. Tapi, temanku yang biasa-biasa bahkan bisa masuk ke sekolah favorit coba? heuheuheu ... nangis lagi deh :'(     
(Emang cengeng sih dulu.hahahah)..
Tapi ternyata aku dinyatakan lulus di SMA 6 Garut (eks: 2 Tarogong). Amplopnya terselip, jadi tidak ada yang memanggilku. ahahaha... Kocak! hanas tos putus harepan! -_-

Nah, itu pengalaman menegangkan yang pernah aku alami di SMP. Apalagi saat di hakimi guru-guru di ruang guru. heuheheu.. Serasa disambar petir berkali-kali. :/

Nah, nah, nah. Kelas 3 SMA nih ya? Aku kembali dihadapkan dengan masalah besar yang tak bisa aku ceritakan disini. Nilaiku sampai anjlok. Benar-benar anjlok. Dari rangking 2 berubah menjadi rangkin sekian. Heuheuheuheu... Gila banget. Lagi-lagi, guruku juga tidak percaya dengan semua itu. TApi ini bener-bener nyata. Bahkan ada nilai 3,5 di raporku. Ahahaha... Pengen ketawa sekaligus pengen nangis. Belum pernah sebelumnya aku sampai punya nilai 3,5 di rapor. Nah, akhirnya aku ikut remedial. Terus aku berusaha keras di semester berikutnya. Alhamdulillah lah nilainya naik lagi. yeeeee.... Tapi, ternyata ada satu guru yang bilang kalau aku tidak bisa ikut SNMPTN Undangan, karena meski nilaiku kembali naik. Tapi belum memenuhi. Aku masih tidak percaya. Padahal aku PD dengan nilaiku yang sekarang. Saking tak percayanya, lagi-lagi aku nangis (ikh, jelek amat ya dulu. Banyak nangisnya). Terus, tiba-tiba ada guru Bahasa Jepang masuk. Dia sudah mengenalku dari semester 1 kelas 1. Ia bertanya, "Kenapa kamu nangis?" sembari terisak aku menjawab "Aku nggak bisa ikut SNMPTN".. Ia kaget mendengar jawabanku. kemudian ia berusaha untuk menenangkanku "Ya, sudah. Coba bapak tanyakan ke ruang BP. Masa sih kamu nggak bisa masuk?" Jawabnya. 
(kocak deh sumpah, cerita ini kocak banget). Udah gitu, dia kan pergi ke ruang BP. Terus pas masuk lagi ke kelas, dia bilang "Sudah, jangan nangis. Sudah bapak urus" katanya. ahahaha... Nay, nay,,,,

Belum cukup sampai sana. Ternyata aku tidak disetujui untuk kuliah di luar Garut dongs. Alasannya apa coba? Khawatir! 
Hadaaaahhh orang tuaku sih bilangnya khawatir, tapi ternyata kakakku yang marah besar. Ia bilang alasannya bukan itu, tapi finansial. Ya, waktu itu keadaan orang tuaku memang masih serba kekurangan. Karena ayahku tidak bekerja. Tapi, aku tak peduli dengan semuanya. Aku tak peduli dengan omongan kakakku yang sebegitu pedasnya. Aku juga tak peduli dengan omongan seluruh keluarga dari ibuku yang menyuruhku untuk bekerja. 
Dengan modal nekad, aku selalu yakin Alloh pasti memberikan yang terbaik. 
Dan ternyata....................................

to be continue