RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

Semester 5 : Masih Mau Kerja Di Menlu?

Waktu terus berganti, tak terasa kini kakiku sedang berjalan di angka 5. Itu berarti bahwa pijakanku tinggal seperempatnya lagi untuk menggolkan bola kesuksesanku!
Namun, awal masuk semester tersebut, aku ditanya oleh salah satu teman dekatku "Masih mau kerja di menlu?" 
"Hah??? Apa?" Aku sampai harus mendengar ulang kalimat tanya tersebut. Kemudian, dengan wajah polosnya ia menjawab "Masih mau kerja di menlu?". Keningku mengerut mendengar perkataan tersebut. Dalam hati aku bergumam, kenapa harus bertanya seperti itu? Emang ada apa dengan Menlu sampai segitunya?. Matanya menatap tajam padaku. Seraya menunggu jawaban yang pasti. 
"Hmm.. Ya. Kenapa?" Jawabku. 
Wajahnya semakin tak karuan. 
"Bagian apa?" Tanyanya kemudian. 
Dengan PD aku jawab, "Bagian Komunikasi dan Informasi, paling. Sekaligus berkarir menjadi seorang penulis. haha" 
"Hmm.. Kalo aku sih mikirnya agak rumit. Terkadang aku pengen sekali kerja disana. Tapi kupikir, aku tidak akan mampu kalo untuk jadi menteri luar negerinya. Jadi kupikir, aku masuk di konsulatnya aja deh. Tapi, disisi lain, aku juga pengen punya rumah disuatu tempat yang indah, hijau, sejuk, kemudian mendirikan peternakan sapi. Hmm... Rasanya nyaman bisa tinggal disana"
Mendengar jawaban tersebut, aku tertawa. Bukan dalam arti aku tertawa dengan apa yang dicita-citakannya. Tapi aku tertawa karena wajahnya yang terlalu eksotis ketika ia membayangkan semua itu. 
"Lantas, yang menjadi prioritas kamu itu sebenarnya yang mana?" Kataku. 
Ia menjawab, "Ya, di menlu lah. Percuma aku kuliah di HI tapi nggak kerja disana" 

Tadaaaaammmmm.... Dari percakapan tersebut, sebenarnya aku agak bingung dengan perkataan temanku itu. Disatu sisi, memang sih ya, terkadang ada pandangan yang berpikir seperti ini "Kalau gue kuliah di HI, otomatis gue harus kerja di Kemenlu!" Hmm.. Tapi nggak gitu juga kali ya.. Pekerjaan itu masih banyak. Prospek HI bukan hanya untuk menjadi menteri luar negeri saja. Banyak sekali para penstudi HI di Indonesia yang juga ingin berkecimpung di dunia kerja yang sesuai dengan jurusannya semasa kuliah.
But, nggak gitu juga. Prospek HI tuh banyak. Nggak hanya menlu. Ntar kalo kita terfokus pada satu tujuan, lantas kita belum diberi kesempatan untuk terjun disana, maka kita down?
Hellooo... 
Dunia ini luas, kita harusnya memiliki banyak tallent.
Malah, aku berpikir bahwa aku kuliah di HI memang karena tercemplung. Tapi setelah dikaji lagi, ternyata Tuhan tak salah memasukanku ke HI karena cita-citaku dulu sampai sekarang adalah menjadi novelis internasional. Setidaknya, dengan masuk HI, aku tahu dunia luar secara umum. Dan aku tahu bagaimana cara berhubungan dengan dunia luar. Kemudian, setidaknya kemampuan bahasa inggriskupun menjadi bertambah sedikit demi sedikit. Haha... 
Ah, banyak deh ternyata manfaatnya. 
Tapi tetap, passion-ku menulis. Jadi aku hanya ingin menjadi penulis internasional, membuka lapangan usaha, menjadi motivator dan inspirator bagi orang-orang yang ada disekitarku, serta menjadi istri dan ibu yang baik :) Yang selalu menjadi motivator dan inspirator bagi suami dan anak-anak.
hihi..Bagiku, segitu cukuplah ya... Kalopun bisa masuk Menlu, yaaa aku hanya tertarik di bidang komunikasi dan informasinya. :)

Aku begini, karena aku ingin mencari sesuatu dan menlenyapkan sesuatu.
Bolehlah kau membenciku, tapi kau tak boleh membenci pemikiranku.