RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

Hitam Kelam


Menjerit sejadinya, entah pada siapa hari ini aku harus mengadukan semua hal yang telah aku lakukan kemarin. Ya, kemarin! Baru kemarin malam.
Seakan tak ada yang melihat, aku berbuat dengan berani. Mencengkram kuat genggaman yang bukan miliknya.
Hatiku berontak, meminta semua tuk pergi menjauh. Hanya nista dalam diri yang kurapuh.
Aku seperti ini, karena hatiku yang begitu rapuh. Aku begini karena hariku yang tak begitu sempurna. Aku begitu rapuh karena dia yang menjadikanku rapuh serapuh rapuhnya. Bukan karena ku ingin. Tapi karena hati yang memaksa. Bukan karena ku rela tapi karena teriak setan belaka.
Tak pernah sebelumnya aku berbuat nista pada diriku.
Tak pernah sebelumnya aku berbuat nista pada orang tuaku
Tak pernah sebelumya aku berbuat apa yang tidak pernah aku lakukan bahkan sampai melanggar apa yang dilarang olehnya. Tapi kenapa hari ini aku begitu jahat pada diriku sendiri. kenapa hari ini aku begitu nista pada diri sendiri. apa hanya karena dia yang menjadikan ku rapuh? Atau hanya dia yang mencoba merapuhkanku.
Belum kutahu apakah ini jalan terburuk yang bakal aku tempuh untuk pertama kalinya. Belum ku tahu apakah ia menjadi yang terbaik atau bahwa perusak hidupku semata.
Belum kutahu apa ia orang yang akan menjadi pelantara kerusakan hidupku. Belum kutahu. Sungguh belum kutahu.
Aku hidup seperti tak bernyawa.
Tak padat seperti biasanya.
Tak hidup seperti biasanya.
Hidupku seperti melayang tak karuan. Hidupku seperti berjalan dalam kelamnya haluan. Hidupku hanya berjalan apa apa yang menjadikanku rusak sekalia.
Entah jalan mana yang harus kutempuh. Meski kutahu itu jalan yang begitu baik atau bahkan buruk bagiku. Meski kutahu bahwa itu jalan terburuk bagi hidupku.
Aku hidup sekali dengan sejuta mimpi yang menggantung. Tapi haruskah kurapuh hanya dengan alasan yang tak begitu jelas. Dengan alasan yang begitu ringan atau bahkan tak berbobot sekalian.
Aku hidup karena aku sendiri.
Aku hidup bersama nafsuku sendiri.
Aku hidup bukan bersama diriku yang dulu.
Aku hidup bersama orang yang menjadi penuntunku sendiri.
Aku hidup bersama kematianku sendiri.
Tuhan, haruskah kutaklukan dunia dengan cara yang begitu nista? Hingga engkau palingkan mega itu menjadi satu cahaya yang begitu nyata. Tak hanya imajinasi belaka.
Hari ini, aku merasa hidup dengan apa yang kusebut jalan kelamku.
Hari ini, hatiku bergelut dengan apa yang selama ini kuhindari bahkan sempat kucaci.
Hari ini, aku hidup dengan kotoranku sendiri.
Dengan amarahku sendiri.

Dengan apa yang kusebut sebagai musuh pribadiku.