RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

Self Publishing?

Berbicara tentang penerbit? Terkadang aku suka heran. Kenapa ada penerbit yang menerbitkan buku –kalo menurut aku sih buku itu- kurang berkualitas. Pernah ada satu kejadian, aku sedang mengerjakan salah satu tugas mata kuliah kualitatif. Awalnya, aku sangat antusias dengan mata kuliah tersebut. Namun, tiba-tiba aku menemukan buku yang susunan kalimatnya rumit alias tidak mengerti. Eh ada beberapa sumber yang menggunakan blogspot. Heu, disini, aku tidak bermaksud untuk menjelekkan sesuatu ya. Tapi ini memang benar-benar fakta yang tidak bisa disembunyikan lagi. Kupikir, “Apakah ini memang pilihan dari penerbit itu sendiri atau ini adalah paksaan dari penulis yang ingin tetap menerbitkan bukunya?” Heu.. hari demi hari, aku terus bertanya akan hal tersebut. Hingga suatu hari aku melihat ada Self Publishing di media online salah satu penerbit.
Iseng-iseng, aku masuk dengan menggunakan akun baru di media tersebut. Ternyata, dengan self publishing  itu kita bisa menerbitkan buku karya kita tanpa melewati seleksi. Hanya saja, mungkin penerbit tidak bertanggung jawab dengan isinya.
Pikirku, kalau misalnya self publishing itu terus berlanjut, maka semakin hari, dunia penerbitan akan memiliki reputasi yang jelek. Karena tentu saja, pembaca awam akan menilai siapa juga penerbitnya. Dan ketika ia mendapati tulisan itu jelek, maka secara tidak langsung ketika ia menemukan tulisan yang di publish secara mandiri lagi, ia akan menilai bahwa semua buku yang diterbitkan oleh penerbit A (misalnya) itu memang buruk. Sehingga ia tidak lagi mempercayai buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut.
Dan? Lagi-lagi nih ya! Aku selalu kepikiran tentang persaingan antara buku cetak dengan elektronik loh! Hihi

So, dunia penerbitan harus mampu menarik minat pembaca untuk membaca buku yang mereka terbitkan. Entah itu dengan mengadakan program-program yang kreatif. Misalnya dengan mengadakan pengenalan dunia penerbitan kepada anak SMA (Wisata sastra), mengadakan pelatihan menulis dengan menghadirkan penulis profesional dan lain sebagainya. Hmm... Nanti kita bahas lanjut tentang “Kenapa bisa dikatakan bersaing?” lah ya? He.. Sekarang, aku harus bersiap untuk berangkat ke acara wisuda kakak kelasku yang sudah aku anggap sebagai kakak sendiri.. Well... see u later... J

Kurang Inovatif? Musnahlah Sudah

Hallo guys! Ohayou! 
Hmm.. Hari ke-2 ngampus nih. Tapi sebelumnya aku ingin bercerita. 

Seperti yang kita ketahui, hari ini bukanlah hari-hari yang dulu. Maksudnya? Ya! Semakin hari zaman terus berkembang. Bahkan hari ini -ada yang menyebut sebagai- era digital. Dimana apapun yang kita inginkan bisa dicapai dengan sekali mengklik. Lantas? Apakah buku-buku sekarang sudah tidak terpakai lagi? 
Sebenarnya, bisa dikatakan demikian, bisa juga tidak. Pasalnya, masih banyak orang yang menggunakan buku cetak sebagai bahan bacaan. Meski tidak menutup kemungkinan manusia-manusia zaman sekarang menginginkan yang lebih instan saja. 

Dengan adanya kemajuan teknologi, -menurut analisa saya- tak sedikit orang yang menjadi malas untuk melakukan sesuatu yang lebih sulit (karena sudah terbiasa instan). Contohnya saja nih, terkadang aku lebih tergoda untuk mengerjakan tugas dengan bantuan google dibandingkan dengan membaca buku. Kenapa? Biasanya, pertama yang aku lihat dari buku adalah cover => sinopsis => gaya bahasa. Ketika cover tidak menarik, maka biasanya kurang aku lirik. Kecuali judulnya sama seperti yang aku inginkan. Kedua sinopsis. Kalau sinopsisnya bagus, ya lanjutkan membaca. Ketiga, gaya bahasa. Kalau bukunya ditulis dengan gaya bahasa yang 'pabaliut' alias bikin pusing dan gak mengalir. Aku ogah-ogahan untuk membacanya. Sehingga, aku lebih memutuskan untuk membaca di internet saja. Selain mudah, karena bisa dari hp. Juga bisa dapat dengan jurnal internasionalnya. So, kupikir, kalaulah dunia penerbitan menerbitkan buku dengan kualitas yang jelek, maka tidak akan ada orang yang membacanya. Terlebih sekarang, dengan adanya kemajuan teknologi, maka dunia penerbitan, kalau tidak berinovasi dalam penerbitannya, maka ia akan menghilang. 

And then? Bagaimana dengan adanya konsep pameran?
I think, It is same.

Jujur saja ya, haha... Dulu, -saat masih cabe-cabean, haha- kalau ada pameran buku, aku adalah orang yang paling semangat untuk pergi ke pameran tersebut. Pasalnya, aku bisa melihat segudang buku dengan berbagai inspirasi yang berbeda. Aku sering mencari inspirasi dari buku-buku tersebut. Akan tetapi, sekarang ketika pameran itu diadakan dengan konsep yang sama, aku malah malas tak karuan. Maaf ya! Bukannya gimana, tapi aku adalah orang yang mudah bosan dengan segala sesuatu. Contohnya, dulu aku sering mengikuti training motivasi. Tapi karena kupikir, konsepnya sama, maka aku tidak pernah mengikutinya lagi. Nah, ketika aku melihat pameran pun demikian. (Tapi maaf ya guys, ini hanya ceritaku saja. Siapa tahu diantara kalian juga ada yang memiliki sifat yang sama. So, bisa mewakili kan). 

Lantas? Apa yang harus dilakukan?
Dengan adanya IKAPI, seharusnya para penerbit mampu memberikan inovasi dalam menerbitkan buku setiap tahunnya. Sehingga menarik masyarakat untuk lebih mengoleksi buku dibandingkan dengan jurnal ber-format PDF. Karena, seperti yang kita tahu, masyarakat masa kini lebih menginginkan hal-hal yang instan. So, kita harus menarik minatnya dengan berbagai hal yang lebih inovatif. Karena dengan demikian, barulah dikatakan bahwa pameran/IKAPI/Penerbit turut berperan aktif dalam mencerdaskan masyarakat. Namun, kalaulah kejadiannya seperti apa yang aku alami, maka ketiga elemen tersebut, justru mampu berperan aktif mencerdaskan masyarakat untuk memilih hal yang lebih instan ya nggak sobat?

Tapi, ini ceritaku. Mana ceritamu???? :)

#LombaBlog#PameranBukuBdg2014