RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

Inspirasi Lagu


Nyanyi lagi Aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh........................

Aku memang belum beruntung
untuk menjatuhkan hatimu
aku masih belum beruntung
namun tinggi harapanku
tuk hidup berdua denganmu
aku sempurna denganmu
kuingin habiskan sisa umurku
tuhan, jadikanlah dia jodohku
hanya dia yang membuat aku terpukau

Aku sungguh sangat bermimpi
untuk mendampingi hatimu
aku masih terus bermimpi 
sangat besar harapanku
tuk hidup berdua denganmu
aku sempurna denganmu
kuingin habiskan sisa umurku
tuhan, jadikanlah dia jodohku
hanya dia yang membuat aku terpukau

denganmu aku sempurna
denganmu kuingin habiskan sisa umurku
tuhan, jadikanlah dia jodohku
hanya dia yang membuat 

denganmu aku sempurna
denganmu kuingin habiskan sisa umurku 
tuhan, jadikanlah dia jodohku
hanya dia yang membuat.... 
hanya dia yang membuat..... 
aku terpukau....

hihihi.. asli lah, lagu ini bikin galau banget. 
Inget masa dulu (atau mungkin sampai sekarang kali ya?hahaha), terkadang pikiran bawah sadarku masih memunculkan wajahnya, padahal aku tak pernah sama sekali berpikir tentang dia.. ahaha bisa dibilang lebay loh, tapi ini memang terjadi! asli! banget! beud beud beud!

Yaudahlah ya,,, ngapain juga mikirin ini. mending nyanyi lagi :P

When I need you
Just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you
It's only a heart beat away

When I need love
I hold out my hands and I touch love
I never knew there was so much love
Keeping me warm night and day

Miles and miles of empty space in between us
A telephone can't take the place of your smile
But you know I wont be traveling for ever
It's cold out, but hold out and do like I do

When I need you
Just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you babe
It's only a heartbeat away

It's not easy when the road is your driver
Honey, that's a heavy load that we bear
But you know I won't be traveling a lifetime
It's cold out but hold out and do like I do
Oh I need you

When I need you
I hold out my hands and I touch love
I never knew there was so much love
Keeping me warm night and day

When I need you
Just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you
It's only a heart beat away

 eh, hahaha... Dasar nih. kok lagu dalam list mp3 nya galau-galau ya... hahaha
puter yang lain deh. ... 
Sebenernya lagu-lagu ini bisa kujadikan tulisan juga kali ya? Nyambungin cerita kehidupan bareng ama lagunya. idiiiihhh gokil kayaknya. Oke deh, kayaknya nyanyinya udah dulu. Sekarang aku mau ngedit novel lagi dan nambahin dengan yang lebih kece deh... 
Tunggu yaaaa... Semoga novelnya bisa terbit, hingga menjadi inspirasi bagi mereka yang merasakannya. #Eh... :D

Hari ini aku tersenyum

Hari ini aku tersenyum, 
pada mereka yang mendambakan senyumanku. 
Bukan mereka yang membuang senyumku. 

Hari ini aku tersenyum, 
membuang sejuta rasa yang pernah singgah didada. 
Bukan kumenyerah, ataupun menerima saja
Tapi karena ku menguat, dan semakin menguat

Semakin hari, umurku semakin berkurang
Hidupku semakin terjal
diantara dua tikungan
yang memaksa dipilih tak karuan

Hari ini aku tersenyum, 
melepas semua rasa gejolak jiwa
melepas semua rasa penghancur jiwa
melepas semua rasa emosi jiwa

Hari ini aku tersenyum
demi matahari yang tak pernah lelah
menemani dan menerangi setiap hariku

Hari ini aku tersenyum
bukan senyum pada masa lampau
namun pada masa yang akan datang

Hari ini aku tersenyum
berharap apa yang diharap
kan tiba dengan senyuman

Stress Edition

Minggu-minggu paling stres. hututututuuuu...
Udah mah tugas numpuknya nggak terkira, eh ditambah masalah keluarga yang sangat menyebalkan. Dan? masih saja, aku dianggap seperti anak kecil yang baru lahir kemarin. 

Aku sebenarnya kesal dengan hidup seperti ini. Tapi ya, apa boleh buat. Mungkin ini sudah jalan yang terbaik untukku. Jalan yang paling baik (bahkan) mungkin menurutNya, supaya aku berubah menjadi manusia yang kuat. Tidak lemah. Bukan cewe lemah. Yang selemah-lemahnya. (Edaaaaannn.... hahaha). 

Kemarin, aku kembali berseteru dengan ayahku. Masalhnya sepele sih, tapi ya, namanya orang tua. Tak pernah ingin mengalah dengan anaknya. Selalu saja menganggap bahwa ia adalah yang paling bener. Hmm.. tingkat emosiku rupanya tak bisa ditahan lagi, ditambah dengan desakan dari berbagai pihak yang membuatku bertingkah seperti ini. Aku tak peduli orang tuaku mau menganggap aku anak apa, yang jelas aku hanya berusaha meluruskan kembali pemikiran mereka yang terkadang melenceng tak tentu arah. 
Kupikir, aku memang telah berdosa, karena melawan orang tuaku. tapi disatu sisi aku juga berpikir bahwa aku tidak mungkin membiarkan keluargaku berantakan. Apalagi citra keluargaku dimata orang lain sangatlah bagus, masa dengan masalah seperti ini jatuh hingga menembus tanah atau bahkan hal yang paling dalam di bumi ini. 

Hari ini, entah pada siapa kumengadu. Kejadian cekcok kemarin dengan ayahku sungguh sangat membuat hati pilu. Bahkan kepalaku sampai sekarang masih sakit. Aku memang anak kecil, tapi pikiranku bukan anak kecil lagi bahkan umurku bukanlah anak kecil lagi. ... 

Arrrggghhh... Semakin bertambah umur, rasanya hidup ini semakin banyak tantangannya. Bahkan belum cukup untuk membuktikan bahwa aku bukanlah anak kecil lagi. belum cukup untuk membuktikan bahwa aku sudah dewasa. belum cukup untuk membuktikan bahwa aku bukanlah anak yang baru lahir kemarin. aku bingung.  

hmm.. tapi yasudahlah. hidup memang untuk dinikmati. hidup bahkan untuk dipelajari. 

Hari-hari yang Melelahkan

Hola hola, halooo teman-teman!
Huuuhhh,,, sungguh hari-hari yang melelahkan. Seminggu ini, tak pernah berhenti jariku untuk bernari diatas keyboard. Meskipun kurasa semuanya itu sudah sangat melelahkan. Tapi harus selesai, karena beberapa diantaranya adalah tugas UTS. Dan, hari yang paling (diantara paling) melelahkan adalah hari kemarin. Pasalnya, aku mengerjakan 3 tugas dalam satu hari. Yang satu, tugas UTS Politik Dunia 2, nulis esay 1500 kata. Kemudian untuk tugas UTS globalisasi, nulis makalah 3000 kata. heuheu... Salahnya nggak dikerjain sebelumnya sih, karena banyak sekali tugas lainnya yang juga numpuk. Mulai dari ngajar, mempersiapkan bahan untuk ajaran mereka, pulang-pergi Garut, buat SOP beasiswa dan juga PKM. heuuuuu.... 
Sebenarnya udah pengen nangis sih. Apalagi, kemarin itu proposal PKM-nya belum dapet tanda tangan dari WR bagian kemahasiswaan. Akhirnya aku harus bulak-balik ke rektorat untuk minta tanda tangan. Sampe-sampe bapaknya bosen lihat wajahku yang lagi-lagi nongol dengan alasan "mau ke kemahasiswaan pak" atau "Mau ke Pak Engkus pak, kemahasiswaan" hahaha... Bapaknya ampe udah tahu, dihari berikutnya aku nggak lagi ditanya mau kemana karena udah tahu. Kemarin itu, dalam sehari aku hampir beberapa kali bolak-balik rektorat. Mana rektoratnya diujung lagi. Nunggu angkot semuanya penuh. Akhirnya naik odong-odong berdiri. hahaha... Udah berasa jadi kondektur aja nih.

Masih terasa sampai sekarang betapa stresnya hidup ini. Karena tugasnya nggak pernah kelar-kelar. Haduuuhhh, (pokoknya ntar hari selasa harus pergi refreshing, kan libur.he).. Tapi alhamdulillahnya, karena ke-gaptek-an ku akhirnya aku dibantu oleh Pak Deni. -ya, dia adalah salah satu orang yang kebagian ngurusin anak2 yang ikut PKM-. Heuhueuheu... Thank you so much, pak! ^_^
Udah ngerasa plong deh, kalo PKM udah mah. Heu...
Sekarang tinggal do'anya aja. "SEMOGA PKM-nya LOLOS KE PIMNAS!!!" Amiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn......

plong sebentar, eh tapi belum kelar pemirsa, heuheu Hari Kamisnya ada matkul Analisis Kebijakan Luar Negeri, UTS nya take home juga. heuheu... Ngerjain lagiiiiiiii.... Dan????? Jum'atnya ada sidang UP alias Usulan Penelitian sebagai pengganti UTS-nya matkul kuantitatif. Heuh
Sumpahlah seminggu ini bener-bener si tangan, pikiran, mata, dan jiwa lainnya nggak pernah lepas dari laptop dan buku. Sampe-sampe aku muak lihat laptop. Pengen muntah! Mana pas UP, aku dibilang nggak belajar (dong) ama bapaknya. What!!!! Lalu? Aku belajar dari pagi hingga pagi lagi itu apa? Cuma angin gitu? Nggak pernah belajar gitu? Sumpah! Kagak ngerti lagi deh. Padahal kan aku jawab pertanyaannya, tapi masih tetap disalahkan. Entah aku yang memang salah atau gimana. Yang jelas, jawabanku itu sama dengan apa yang diajarkan di statistika sosial semester kemarin.

Haaaaaaaaaaah!
tapi yaudahlah ya? Yang penting aku belajar. Whatever deh kata orang. Yang jelas aku sudah melakukan apa yang harus aku lakukan. Sekarang mah introspeksi aja deh. Evaluasi diri. heu

Sekarang??? Apa yang harus ku kerjakan???
Berdo'a supaya PKM lolos, perbaiki diri, dan ...... Selalu semangat menghadapi hidup, walau segimanapun rumitnya kehidupan. Karena Dia pasti selalu memberikan jalan untuk menghadapinya!
Semangatlah!!!
Nothing Impossible.......

Dalih Kehabisan Uang

Modus! ibu-ibu bawa bayi, ibu-ibu atau bapak-bapak setengah baya memapang wajah memelasnya  karena kehabisan uang! :/

Hmm... Bukan nggak percaya atau gimana ya, tapi aneh aja. Sudah hampir dua tahun setengah kuliah, ada banyak sekali orang-orang yang seperti itu. Pertama, kejadiaannya di UIN. Waktu itu aku sedang ada rapat FLPJ di masjid UIN Bandung. Masih ingat, sehabis shalat Ashar, kami duduk di depan masjid. Tiba-tiba ada bapak yang belum terlalu tua -Kalau aku tebak, mungkin ia berumur 40an-, menghampiri kami. Dengan wajah memelasnya ia memulai cerita "Punteun neng, a. Saya dari Tasik, habis nyari kerja di Bandung. Nih surat lamarannya", sambil mengeluarkan kertas dan menunjukkannya pada kami. 
"Saya udah dua hari disini, tapi belum dapet kerjaan juga. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang deh. Tapi, uangnya ternyata kurang. Hmm.. Bisa bantu nggak neng, a" Katanya sambil merengek. 
"Berapapun deh. Yang penting saya bisa pulang" 
Jleb, dari awal, aku emang udah curiga dengan gerak-geriknya. 
Aku dan temanku saling pandang, beberapa detik berlalu. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Akhirnya akupun memberanikan diri. 
"Punteun pak, nggak bawa uang lebih" Kataku sembari tersenyum.
Ya, disamping emang nggak bawa uang lebih, aku emang kurang percaya juga sama bapak tersebut. Pasalnya, dihari-hari sebelum masuk kuliah temanku juga pernah seperti itu. Jyaaaaaaa... Okelah. 

Kedua, kejadiaannya semester 3. Aku sedang berjalan dari kos menuju kampus. Biasanya, aku langsung menyebrang dari depan gang kosan. Tapi, waktu itu aku sengaja jalan dulu menuju depan kecamatan, barulah menyebrang. Demou, karena padetnya kendaraan, aku berdiri lama di pinggir jalan. Menunggu waktu yang tepat untuk menyebrang. Tiba-tiba, dari pinggir ada seorang ibu yang menyapaku. Akupun menjawabnya dengan begitu ramah. Ibu itu membawa anaknya dengan pakaian yang lusuh. Ia meminta bantuanku. Katanya ia kehabisan ongkos. Ia berasal dari Sumedang. 
Oalaaaaahhh... Kenapa lagi ini? Tapi, kalau dilihat, kasian juga. Dia bawa-bawa anak segala. Tapi, kalau dipikir, bener apa nggak nih orang. Pikirku. 
Ia terus bicara dengan berbagai argumen (eh salah), dengan berbagai cerita yang meyakinkan bahwa dia kehabisan buat ongkos. Yang membuat aku agak bimbang, antara percaya dan tidak, adalah dia pergi kesini untuk mencari anaknya yang hilang. 
Hadududuh, galau uy. 
Tapi kebetulan, waktu itu aku nggak pegang uang. Dompet aku ketinggalan di kosan.
hmmmm................

Ketiga, sehabis pulang dari kampus -semester 4-, ada dua orang ibu-ibu yang juga minta bantuan dengan alasan kehabisan ongkos. 

keempat, kejadian ini baru aja kemarin. Habis pulang kuliah, aku nyimpang dulu ke tempat jus. Eh eh eh, datanglah ibu-ibu, -kocaknya- dia bilang dia dari (aduh lupa namanya), pokoknya salah satu daerah yang deketlah dari sana. Terus dia bilang "Mau jalan, tapi cape". 
Ya Alloh, sekali lagi, bukannya aku nggak percaya atau gimana ya... Tapi atuh da deket itu teh. 

AAaaaaarrrrrghhhh!!
Akhirnya aku malah jadi kesel ke diri sendiri. Kenapa banyak orang yang seperti itu? Apakah tidak ada kerjaan yang lebih bermanfaat dibandingkan hal tersebut? Apakah tidak ada kerjaan yang lebih mulia dari hal tersebut? Ataukah mereka tidak ingin pusing dan tidak ingin cape untuk mencari uang?
Hmm... 
Beberapa pertanyaan ini selalu terngiang sejak menyaksikan semakin banyaknya pengemis yang beroperasi dijalanan. Seakan hal tersebut sudah menjadi satu mata pencahariannya. 

Tatatatataaaaaaaaaaraaaaaaa,,,, 
Mungkin hal inilah yang menjadikanku lebih berpikir gimana caranya untuk membangun masyarakat yang bermental kuat dan selalu optimis menghadapi masa depan dengan caranya sendiri, dan tentunya cara itu merupakan cara yang baik dimata Alloh juga dimata masyarakat itu sendiri. Bukan dengan cara minta-minta, tapi dengan kerja keras. 
Ah, kenapa lah ini? 
Rasanya semakin bertambah usia, semakin hidupku penuh rasa sakit melihat fenomena yang terjadi hari ini. 

tatatatataaaaa
Oke, just thinking about it. And make it change!

Sukses itu Ditanganmu, Bukan Ditangan Orang Lain

Jyah, lagi-lagi galau tingkat dewa... hahaha
Setelah kemarin hampir putus asa saat mengerjakan PKM bidang masyarakat, barusan aku dipusingkan lagi dengan pemaksaan pikiran yang mengharuskan kita berpikir kesana. #apaCenah?
Haha..

Ya, beberapa menit sebelum perkuliahan ditutup, tiba-tiba teman yang duduk disampingku bercerita tentang keluh kesahnya selama kuliah. Ia bilang, mau segimanapun ia tetap tidak bisa terfokus pada satu tujuan. Akan tetapi, fokus pada banyak hal pun ia tidak bisa. Ia berkata, "ya aku sadar, aku orangnya pemalas, tapi aku tidak ingin terus menerus seperti ini. Aku selalu dibanding-bandingkan oleh keluargaku dengan orang lain. Katanya, tuh si A mah udah jadi PNSlah atau apalah. Yang jelas, aku juga dipaksa oleh kakakku untuk langsung mendapatkan pekerjaan yang nyata setelah aku lulus nanti. Lantas, harus bagaimana aku?"

Hmm... Kalau menurut prinsip pribadi, aku sih orangnya EGP. Mungkin itu juga karena aku kuliah disini, dan secara tidak langsung belajar untuk EGP dengan pandangan orang. Ya, sudahlah. Biarkan saja. Sebenarnya, prinsipku sekolah bukanlah untuk cari kerja. Aku hanya ingin belajar gimana caranya supaya aku bisa mengembangkan kehidupan masyarakat banyak dengan menerapkan ilmu yang kudapat dari sekolah. Nggak peduli, orang mau bicara apa tentangku. Yang penting, aku melakukan hal ini karena aku tahu apa yang kulakukan dimasa depan.

Pada dasarnya, pemikiran orang Indonesia (sebagian besar) sekolah untuk mendapatkan pekerjaan. Ya, hal itu memang kuakui. Karena memang pada dasarnya manusia butuh uang. Tidak ada orang yang mampu hidup di dunia sekaran ini, jika tanpa uang. Akan tetapi, uang itu tidak hanya bisa didapatkan dari cara kita bekerja di perusahaan orang lain, tapi dengan kita berwirausahapun kita dapat menghasilkan uang. Malah dengan berwirausaha, uang yang kita dapat juga akan lebih banyak. Disamping itu, kita juga secara tidak langsung telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. "Tapi kan sulit untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan tanpa modal? Justru aku itu kerja untuk mendapatkan modal". Ya, setiap bisnis memang memerlukan modal. Hanya saja, aku selalu berfikir mudah. Apa gunanya kita kuliah kalau kita tidak bisa menjual diri. Maksudnya, menjual diri bukan dalam artian negatif, akan tetapi menjual diri guna untuk menjalin relasi yang baik dengan orang lain, membuat orang lain percaya dengan kita. Hingga akhirnya nanti kita bisa menjalin hubungan kerja sama dengan orang tersebut, atau mungkin kita bisa mengajaknya untuk menjadi investor di perusahaan yang akan kita bangun.

"Tapi susah! Terus tetep aja orang lain bakal nganggap kita pengangguran"
Hmm.. Dalam hati aku tertawa. Menurutku, dengan menciptakan lapangan pekerjaan justru orang malah menjadi bangga pada kita. Menciptakan lapangan pekerjaan bukan berarti kita nganggur kan?
"Tapi tetep aja, orang bakal nganggap kita rendah.. Bahkan mungkin ia akan bilang, percuma kita kuliah di HI kalau kita nggak dapet pekerjaan?"
Zzzz... Haduuuuh, helllooooo... #Gereget.
Biarlah orang mau berbicara apapun tentang kita, yang pasti kita melakukan sesuatu untuk mereka. Apalagi, -aku mikirnya- aku itu kuliah dibayarin oleh negara. Masalahnya, masa kita tidak berbuat sesuatu untuk negara. Kita kuliah dari uang rakyat, masa kita nggak berbuat sesuatu untuk rakyat. Hmm... Cukuplah pemerintah yang telah membuat masyarakatnya apatis terhadap mereka. Tapi kita harus tetap berjalan. Kita tidak boleh membiarkan kehidupan dunia ini berjalan apa adanya. Tapi kita harus berbuat sesuatu yang lebih dahsyat. Sesuatu yang -kalau bisa- mencengangkan dunia.

Jujur, berpikir dengan pengejaran dunia, aku sangat pusing sekali. Malahan pernah aku berpikir, bahwa aku akan terus apatis terhadap dunia. But, setelah dipikir lebih mendalam, masa iya sih kita terus berjalan di sebuah jalan yang rusak terus menerus. Kapan perbaikannya? Kapan kemajuannya? Kapan kebahagiannya menyentuh kita? Hmm.. Namun, kembali lagi pada diri sendiri sih sebenarnya. Aku bicara seperti ini bukan berarti aku ingin menjadikan kamu sepemahaman juga sama aku. Tapi aku hanya ingin mengatakan apa yang sebenarnya ingin kukatakan saja. Tak lebih.

"Baiklah, oke. Jadi, hal pertama yang ingin kamu lakukan setelah kamu lulus apa?"
Apa ya? Pertama, aku ingin menyukseskan pembangunan di daerahku terlebih dahulu. Pembangunan menuju moral, pengetahuan dan ekonomi yang lebih baik sekarang sedang aku jalankan. Mulai dari pendekatan pada masyarakat dan pemudanya. Kegiatan tersebut sudah berjalan hampir setengah tahun. Jadi, aku ingin menjadikan daerahku menjadi daerah percontohan di bidang kesejahteraan sosial. Nyambung sama HI? Nggak sih. Tapi aku mencoba menerapkan salah satu ilmu yang kudapat dari mata kuliah Pembangunan Internasional. #caileeee... hahaha
Oke, kedua, aku ingin melanjutkan kuliahku di bidang design.
"Lah? kok nggak nyambung? Kamu kan suka nulis dan kamu dari jurusan HI, masa tiba-tiba ke jurusan design?"
Hahahaha...
Dibilang nyambung? memang nggak sih ya. Tapi, kembali pada pemikiranku sebelumnya, aku kuliah bukan untuk mencari pekerjaan, tapi untuk mencari ilmu yang bisa diterapkan di masyarakat.
Menulis itu memang passion-ku, tapi design juga adalah hobiku.
Kelak aku ingin membuka butik  dengan memaksimalkan potensi daerah dan Sumber Daya Manusia disana juga.
Satu hal yang kusyukuri disini adalah akhirnya aku sadar kenapa Tuhan menjerumuskanku untuk masuk ke jurusan HI sekarang ini. Banyak sekali pemahaman tentang dunia global yang kudapat. Dan aku berpikir bahwa aku tidak harus menjadi diplomat, hanya gara-gara aku kuliah di HI. Tapi aku lebih berpikir gimana caranya supaya negeri kita mampu bersaing dengan dunia global. Dan hal itu akan kupraktekan mulai dari wilayahku sendiri.
Ketiga, apa yaaaaa? Nikah! hahaha
Jadi, selai mengabdi pada orang tua, mengabdi pada negara dan masyarakatnya, juga mengabdi pada suami -yang paling utama-. hehe

Mendengar semua celotehku yang -mungkin kurang bermanfaat-, ia pun tersenyum. Kemudian ia berkata "Ya, sebenarnya masalah yang paling dasar adalah aku belum tahu apa yang akan kulakukan kelak ditengah tekanan dari berbagai pihak"
Haaaa... Ya sudah, perjalanan masih panjang. Masih ada waktu 3 semester lagi untuk berpikir. Tapi kalau bisa dipercepat sih, biar kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan kita tersebut.

-SELESAI-
Jatinangor, 24 Oktober 2013

Semester 5 : Masih Mau Kerja Di Menlu?

Waktu terus berganti, tak terasa kini kakiku sedang berjalan di angka 5. Itu berarti bahwa pijakanku tinggal seperempatnya lagi untuk menggolkan bola kesuksesanku!
Namun, awal masuk semester tersebut, aku ditanya oleh salah satu teman dekatku "Masih mau kerja di menlu?" 
"Hah??? Apa?" Aku sampai harus mendengar ulang kalimat tanya tersebut. Kemudian, dengan wajah polosnya ia menjawab "Masih mau kerja di menlu?". Keningku mengerut mendengar perkataan tersebut. Dalam hati aku bergumam, kenapa harus bertanya seperti itu? Emang ada apa dengan Menlu sampai segitunya?. Matanya menatap tajam padaku. Seraya menunggu jawaban yang pasti. 
"Hmm.. Ya. Kenapa?" Jawabku. 
Wajahnya semakin tak karuan. 
"Bagian apa?" Tanyanya kemudian. 
Dengan PD aku jawab, "Bagian Komunikasi dan Informasi, paling. Sekaligus berkarir menjadi seorang penulis. haha" 
"Hmm.. Kalo aku sih mikirnya agak rumit. Terkadang aku pengen sekali kerja disana. Tapi kupikir, aku tidak akan mampu kalo untuk jadi menteri luar negerinya. Jadi kupikir, aku masuk di konsulatnya aja deh. Tapi, disisi lain, aku juga pengen punya rumah disuatu tempat yang indah, hijau, sejuk, kemudian mendirikan peternakan sapi. Hmm... Rasanya nyaman bisa tinggal disana"
Mendengar jawaban tersebut, aku tertawa. Bukan dalam arti aku tertawa dengan apa yang dicita-citakannya. Tapi aku tertawa karena wajahnya yang terlalu eksotis ketika ia membayangkan semua itu. 
"Lantas, yang menjadi prioritas kamu itu sebenarnya yang mana?" Kataku. 
Ia menjawab, "Ya, di menlu lah. Percuma aku kuliah di HI tapi nggak kerja disana" 

Tadaaaaammmmm.... Dari percakapan tersebut, sebenarnya aku agak bingung dengan perkataan temanku itu. Disatu sisi, memang sih ya, terkadang ada pandangan yang berpikir seperti ini "Kalau gue kuliah di HI, otomatis gue harus kerja di Kemenlu!" Hmm.. Tapi nggak gitu juga kali ya.. Pekerjaan itu masih banyak. Prospek HI bukan hanya untuk menjadi menteri luar negeri saja. Banyak sekali para penstudi HI di Indonesia yang juga ingin berkecimpung di dunia kerja yang sesuai dengan jurusannya semasa kuliah.
But, nggak gitu juga. Prospek HI tuh banyak. Nggak hanya menlu. Ntar kalo kita terfokus pada satu tujuan, lantas kita belum diberi kesempatan untuk terjun disana, maka kita down?
Hellooo... 
Dunia ini luas, kita harusnya memiliki banyak tallent.
Malah, aku berpikir bahwa aku kuliah di HI memang karena tercemplung. Tapi setelah dikaji lagi, ternyata Tuhan tak salah memasukanku ke HI karena cita-citaku dulu sampai sekarang adalah menjadi novelis internasional. Setidaknya, dengan masuk HI, aku tahu dunia luar secara umum. Dan aku tahu bagaimana cara berhubungan dengan dunia luar. Kemudian, setidaknya kemampuan bahasa inggriskupun menjadi bertambah sedikit demi sedikit. Haha... 
Ah, banyak deh ternyata manfaatnya. 
Tapi tetap, passion-ku menulis. Jadi aku hanya ingin menjadi penulis internasional, membuka lapangan usaha, menjadi motivator dan inspirator bagi orang-orang yang ada disekitarku, serta menjadi istri dan ibu yang baik :) Yang selalu menjadi motivator dan inspirator bagi suami dan anak-anak.
hihi..Bagiku, segitu cukuplah ya... Kalopun bisa masuk Menlu, yaaa aku hanya tertarik di bidang komunikasi dan informasinya. :)