RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

Sukses itu Ditanganmu, Bukan Ditangan Orang Lain

Jyah, lagi-lagi galau tingkat dewa... hahaha
Setelah kemarin hampir putus asa saat mengerjakan PKM bidang masyarakat, barusan aku dipusingkan lagi dengan pemaksaan pikiran yang mengharuskan kita berpikir kesana. #apaCenah?
Haha..

Ya, beberapa menit sebelum perkuliahan ditutup, tiba-tiba teman yang duduk disampingku bercerita tentang keluh kesahnya selama kuliah. Ia bilang, mau segimanapun ia tetap tidak bisa terfokus pada satu tujuan. Akan tetapi, fokus pada banyak hal pun ia tidak bisa. Ia berkata, "ya aku sadar, aku orangnya pemalas, tapi aku tidak ingin terus menerus seperti ini. Aku selalu dibanding-bandingkan oleh keluargaku dengan orang lain. Katanya, tuh si A mah udah jadi PNSlah atau apalah. Yang jelas, aku juga dipaksa oleh kakakku untuk langsung mendapatkan pekerjaan yang nyata setelah aku lulus nanti. Lantas, harus bagaimana aku?"

Hmm... Kalau menurut prinsip pribadi, aku sih orangnya EGP. Mungkin itu juga karena aku kuliah disini, dan secara tidak langsung belajar untuk EGP dengan pandangan orang. Ya, sudahlah. Biarkan saja. Sebenarnya, prinsipku sekolah bukanlah untuk cari kerja. Aku hanya ingin belajar gimana caranya supaya aku bisa mengembangkan kehidupan masyarakat banyak dengan menerapkan ilmu yang kudapat dari sekolah. Nggak peduli, orang mau bicara apa tentangku. Yang penting, aku melakukan hal ini karena aku tahu apa yang kulakukan dimasa depan.

Pada dasarnya, pemikiran orang Indonesia (sebagian besar) sekolah untuk mendapatkan pekerjaan. Ya, hal itu memang kuakui. Karena memang pada dasarnya manusia butuh uang. Tidak ada orang yang mampu hidup di dunia sekaran ini, jika tanpa uang. Akan tetapi, uang itu tidak hanya bisa didapatkan dari cara kita bekerja di perusahaan orang lain, tapi dengan kita berwirausahapun kita dapat menghasilkan uang. Malah dengan berwirausaha, uang yang kita dapat juga akan lebih banyak. Disamping itu, kita juga secara tidak langsung telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. "Tapi kan sulit untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan tanpa modal? Justru aku itu kerja untuk mendapatkan modal". Ya, setiap bisnis memang memerlukan modal. Hanya saja, aku selalu berfikir mudah. Apa gunanya kita kuliah kalau kita tidak bisa menjual diri. Maksudnya, menjual diri bukan dalam artian negatif, akan tetapi menjual diri guna untuk menjalin relasi yang baik dengan orang lain, membuat orang lain percaya dengan kita. Hingga akhirnya nanti kita bisa menjalin hubungan kerja sama dengan orang tersebut, atau mungkin kita bisa mengajaknya untuk menjadi investor di perusahaan yang akan kita bangun.

"Tapi susah! Terus tetep aja orang lain bakal nganggap kita pengangguran"
Hmm.. Dalam hati aku tertawa. Menurutku, dengan menciptakan lapangan pekerjaan justru orang malah menjadi bangga pada kita. Menciptakan lapangan pekerjaan bukan berarti kita nganggur kan?
"Tapi tetep aja, orang bakal nganggap kita rendah.. Bahkan mungkin ia akan bilang, percuma kita kuliah di HI kalau kita nggak dapet pekerjaan?"
Zzzz... Haduuuuh, helllooooo... #Gereget.
Biarlah orang mau berbicara apapun tentang kita, yang pasti kita melakukan sesuatu untuk mereka. Apalagi, -aku mikirnya- aku itu kuliah dibayarin oleh negara. Masalahnya, masa kita tidak berbuat sesuatu untuk negara. Kita kuliah dari uang rakyat, masa kita nggak berbuat sesuatu untuk rakyat. Hmm... Cukuplah pemerintah yang telah membuat masyarakatnya apatis terhadap mereka. Tapi kita harus tetap berjalan. Kita tidak boleh membiarkan kehidupan dunia ini berjalan apa adanya. Tapi kita harus berbuat sesuatu yang lebih dahsyat. Sesuatu yang -kalau bisa- mencengangkan dunia.

Jujur, berpikir dengan pengejaran dunia, aku sangat pusing sekali. Malahan pernah aku berpikir, bahwa aku akan terus apatis terhadap dunia. But, setelah dipikir lebih mendalam, masa iya sih kita terus berjalan di sebuah jalan yang rusak terus menerus. Kapan perbaikannya? Kapan kemajuannya? Kapan kebahagiannya menyentuh kita? Hmm.. Namun, kembali lagi pada diri sendiri sih sebenarnya. Aku bicara seperti ini bukan berarti aku ingin menjadikan kamu sepemahaman juga sama aku. Tapi aku hanya ingin mengatakan apa yang sebenarnya ingin kukatakan saja. Tak lebih.

"Baiklah, oke. Jadi, hal pertama yang ingin kamu lakukan setelah kamu lulus apa?"
Apa ya? Pertama, aku ingin menyukseskan pembangunan di daerahku terlebih dahulu. Pembangunan menuju moral, pengetahuan dan ekonomi yang lebih baik sekarang sedang aku jalankan. Mulai dari pendekatan pada masyarakat dan pemudanya. Kegiatan tersebut sudah berjalan hampir setengah tahun. Jadi, aku ingin menjadikan daerahku menjadi daerah percontohan di bidang kesejahteraan sosial. Nyambung sama HI? Nggak sih. Tapi aku mencoba menerapkan salah satu ilmu yang kudapat dari mata kuliah Pembangunan Internasional. #caileeee... hahaha
Oke, kedua, aku ingin melanjutkan kuliahku di bidang design.
"Lah? kok nggak nyambung? Kamu kan suka nulis dan kamu dari jurusan HI, masa tiba-tiba ke jurusan design?"
Hahahaha...
Dibilang nyambung? memang nggak sih ya. Tapi, kembali pada pemikiranku sebelumnya, aku kuliah bukan untuk mencari pekerjaan, tapi untuk mencari ilmu yang bisa diterapkan di masyarakat.
Menulis itu memang passion-ku, tapi design juga adalah hobiku.
Kelak aku ingin membuka butik  dengan memaksimalkan potensi daerah dan Sumber Daya Manusia disana juga.
Satu hal yang kusyukuri disini adalah akhirnya aku sadar kenapa Tuhan menjerumuskanku untuk masuk ke jurusan HI sekarang ini. Banyak sekali pemahaman tentang dunia global yang kudapat. Dan aku berpikir bahwa aku tidak harus menjadi diplomat, hanya gara-gara aku kuliah di HI. Tapi aku lebih berpikir gimana caranya supaya negeri kita mampu bersaing dengan dunia global. Dan hal itu akan kupraktekan mulai dari wilayahku sendiri.
Ketiga, apa yaaaaa? Nikah! hahaha
Jadi, selai mengabdi pada orang tua, mengabdi pada negara dan masyarakatnya, juga mengabdi pada suami -yang paling utama-. hehe

Mendengar semua celotehku yang -mungkin kurang bermanfaat-, ia pun tersenyum. Kemudian ia berkata "Ya, sebenarnya masalah yang paling dasar adalah aku belum tahu apa yang akan kulakukan kelak ditengah tekanan dari berbagai pihak"
Haaaa... Ya sudah, perjalanan masih panjang. Masih ada waktu 3 semester lagi untuk berpikir. Tapi kalau bisa dipercepat sih, biar kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan kita tersebut.

-SELESAI-
Jatinangor, 24 Oktober 2013

Semester 5 : Masih Mau Kerja Di Menlu?

Waktu terus berganti, tak terasa kini kakiku sedang berjalan di angka 5. Itu berarti bahwa pijakanku tinggal seperempatnya lagi untuk menggolkan bola kesuksesanku!
Namun, awal masuk semester tersebut, aku ditanya oleh salah satu teman dekatku "Masih mau kerja di menlu?" 
"Hah??? Apa?" Aku sampai harus mendengar ulang kalimat tanya tersebut. Kemudian, dengan wajah polosnya ia menjawab "Masih mau kerja di menlu?". Keningku mengerut mendengar perkataan tersebut. Dalam hati aku bergumam, kenapa harus bertanya seperti itu? Emang ada apa dengan Menlu sampai segitunya?. Matanya menatap tajam padaku. Seraya menunggu jawaban yang pasti. 
"Hmm.. Ya. Kenapa?" Jawabku. 
Wajahnya semakin tak karuan. 
"Bagian apa?" Tanyanya kemudian. 
Dengan PD aku jawab, "Bagian Komunikasi dan Informasi, paling. Sekaligus berkarir menjadi seorang penulis. haha" 
"Hmm.. Kalo aku sih mikirnya agak rumit. Terkadang aku pengen sekali kerja disana. Tapi kupikir, aku tidak akan mampu kalo untuk jadi menteri luar negerinya. Jadi kupikir, aku masuk di konsulatnya aja deh. Tapi, disisi lain, aku juga pengen punya rumah disuatu tempat yang indah, hijau, sejuk, kemudian mendirikan peternakan sapi. Hmm... Rasanya nyaman bisa tinggal disana"
Mendengar jawaban tersebut, aku tertawa. Bukan dalam arti aku tertawa dengan apa yang dicita-citakannya. Tapi aku tertawa karena wajahnya yang terlalu eksotis ketika ia membayangkan semua itu. 
"Lantas, yang menjadi prioritas kamu itu sebenarnya yang mana?" Kataku. 
Ia menjawab, "Ya, di menlu lah. Percuma aku kuliah di HI tapi nggak kerja disana" 

Tadaaaaammmmm.... Dari percakapan tersebut, sebenarnya aku agak bingung dengan perkataan temanku itu. Disatu sisi, memang sih ya, terkadang ada pandangan yang berpikir seperti ini "Kalau gue kuliah di HI, otomatis gue harus kerja di Kemenlu!" Hmm.. Tapi nggak gitu juga kali ya.. Pekerjaan itu masih banyak. Prospek HI bukan hanya untuk menjadi menteri luar negeri saja. Banyak sekali para penstudi HI di Indonesia yang juga ingin berkecimpung di dunia kerja yang sesuai dengan jurusannya semasa kuliah.
But, nggak gitu juga. Prospek HI tuh banyak. Nggak hanya menlu. Ntar kalo kita terfokus pada satu tujuan, lantas kita belum diberi kesempatan untuk terjun disana, maka kita down?
Hellooo... 
Dunia ini luas, kita harusnya memiliki banyak tallent.
Malah, aku berpikir bahwa aku kuliah di HI memang karena tercemplung. Tapi setelah dikaji lagi, ternyata Tuhan tak salah memasukanku ke HI karena cita-citaku dulu sampai sekarang adalah menjadi novelis internasional. Setidaknya, dengan masuk HI, aku tahu dunia luar secara umum. Dan aku tahu bagaimana cara berhubungan dengan dunia luar. Kemudian, setidaknya kemampuan bahasa inggriskupun menjadi bertambah sedikit demi sedikit. Haha... 
Ah, banyak deh ternyata manfaatnya. 
Tapi tetap, passion-ku menulis. Jadi aku hanya ingin menjadi penulis internasional, membuka lapangan usaha, menjadi motivator dan inspirator bagi orang-orang yang ada disekitarku, serta menjadi istri dan ibu yang baik :) Yang selalu menjadi motivator dan inspirator bagi suami dan anak-anak.
hihi..Bagiku, segitu cukuplah ya... Kalopun bisa masuk Menlu, yaaa aku hanya tertarik di bidang komunikasi dan informasinya. :)

Aku begini, karena aku ingin mencari sesuatu dan menlenyapkan sesuatu.
Bolehlah kau membenciku, tapi kau tak boleh membenci pemikiranku. 

Inilah Jalanku!


Oktober Cerita... 
Kalau yang lain biasanya majang nama bulang dengan pasangan ceria kalau aku maunya cerita. Karena pasti di bulan Oktober ini penuh dengan cerita. :)
Ya, sejak bulan Agustus lalu. Hidupku menjadi penuh warna. (Lebay).. Haha.. Sebenarnya dari dulu juga penuh warna sih. Hanya saja, aku baru warna ini adalah warna yang paling spesial sepanjang perjalanan hidupku. 

Kenapa spesial? Karena warna inilah yang membuatku merasa diujung jalan yang penuh dengan cabang. Entah harus memilih yang mana. Awalnya, bingung sih ya. Tapi seiring berjalannya waktu, aku berusaha untuk memantapkan hati pada satu jalan. Entah itu jalannya akan lurus ataukah berkelok, aku tak tahu. Karena aku baru saja memutuskannya kemarin. 
Namun, meski demikian. Rasanya jalan yang tak pernah kutempuh itu kembali menggoyahkan hati. Berusaha meruntuhkan semua yang telah menjadi pilihan hidupku. Kemarin saja, jalan tersebut kembali membayangi mimpiku. Ia tersenyum tulus. Selaksa mengobati rindu yang tak pernah kuraih satu kalipun. 
Jalan tersebut membentang luas dihadapanku. Kelihatannya sih lurus, mulus, tak ada satu batu rintangan sekalipun. Ia mendekat dan mengajakku untuk berjalan diatasnya. Namun, hatiku menolak. Aku telah memutuskan pilihanku pada jalan yang tidak terlihat mulus, namun penuh cahaya. Sakit memang, karena ketika aku menginginkannya. Ia tak pernah menunjukkan jalan mana yang harus kuambil. Namun, setelah kutentukan pilihanku, barulah ia datang. 
But, no problem. Hidup adalah pilihan. Dan pilihan tersebut ada ditangan kita. Hidup kita tergantung pada apa yang kita pikirkan. Menyesal? Tak usahlah disesali. Karena jalan tersebut datang hanya dalam mimpi belaka, yang mungkin orang lain menganggapnya itu sekedar bunga tidur biasa. Sekarang, aku hanya ingin kau dengar. 
Wahai jalan yang jauh disana. Dengarlah rintihku!
Selalu, aku berbicara tentang panjangnya perjalanan hidupku untuk memilihmu.
Menetapkan rasa untuk berjalan diatasmu. 
Memejamkan mata pada jalan lain hanya untuk melihat betapa mulusnya jika kuberjalan diatasmu.

Aku?
Aku yang disini? 
Rupanya agak letih, melihat kemulusan tersebut. 
Aku takut!
Takut mulusmu hanya diatas, tak didalam

Wahai jalan yang jauh disana, dengarlah rintihku!
Pergilah menjauh dari pikirku. 
Jangan pernah kau goda aku untuk berjalan di atasmu.
Bawalah bunga yang lebih pantas menjadi penghias jalanmu. 
Aku hanya manusia. 
Aku hanya manusia yang tak bisa mengelokkan rupamu. 
Hanya bunga dan pohon indah lainnya
yang kan mampu menjadi peneduh setiap orang yang berjalan diatasmu. 

Wahai jalan yang jauh disana, dengarlah rintihku!
Aku lelah!
Aku lelah dengan imajinasiku.
Aku lelah dengan melihat semua kemulusanmu.
Maka dari itu, pergilah!
kumohon 

Karena hari ini, aku telah memilih jalanku sendiri!
SENDIRI
Tanpa ada yang memilihkan
SENDIRI
Tanpa ada yang menghasutkan.

SENDIRI, sendiriiii....



Dialog Hati

Berbicara tentang hati.. 
Terkadang aku bingung dengan hatiku sendiri. 
Perasaan yang membendung selama hampir 5 tahun ini ternyata sulit untuk tergantikan. Ia selalu menjadi grafik hidupku, yang terkadang naik dan turun. Meski tak pernah ada respon satu kalipun, grafik itu tetap berjalan tanpa kaki. 

Mencari sesuatu yang sebenarnya ia sendiri tak tahu. 
Menunggu sesuatu yang belum tentu yang ia tunggu itu menunggunya pula. 
Mencintai sesuatu yang belum tentu ia mencintainya.
Menyayangi sesuatu yang belum tentu juga ia menyayanginya.
Memikirkan sesuatu yang belum tentu juga ia memikirkannya. 
Menjadikannya semangat yang belum tentu juga ia menjadi penyemangatnya

Kembali kurenung, ternyata semua itu hampa. Tak ada pencerah yang menjadi titik terang dari semua perilakuku tersebut. 
Sesal? 
Tak pernah kusesali. Karena semua hanyalah hiasan hidup belaka. Semuanya menjadi indah karena keangkuhan pikiranku yang bersikukuh pada pendiriannya. 
Lelah?
Ya, lelah memang. Karena 5 tahun itu bukanlah waktu yang pendek. Melainkan panjang. Kehidupanku seluruhnya terfokuskan pada hal tersebut. Meski tak pernah kuprioritaskan fokus itu. Namun, alam bawah sadarku ternyata berkata lain. Ia selalu menjadi pembantai dari alam sadarku. 
Pernah , suatu hari aku berontak untuk menghapus semuanya. Namun, selalu dan selalu. Alam bawah sadarku menyerang pemberontakan tersebut. Bukan berarti aku kalah, aku hanya tak mampu menghapus semua yang telah diberikan Tuhan. 
Ganggu?
Tidak. Ia tidak pernah menggangguku kala aku menjadi bunga yang mekar di taman. Ia hanya mengganggu ketika aku layu. Bahkan ia mengganas ketika aku bukan lagi bunga yang layu, tapi (mungkin bisa dikatakan) bunga yang kering dan hampir mati.
Lantas? Kenapa masih terus mengingat? Sedang ia tak ingat.
Entahlah, akupun tak tahu sebabnya. Kadang ia pergi dan muncul tiba-tiba. Aku heran. Sungguh sangat heran. Sempat ku pergi mengelana ke dunianya sebentar, namun tak pernah ia muncul dihadapanku. Mungkin ia malu bertemu denganku. Karena aku bukanlah wanita yang suci lagi. Aku hanyalah wanita yang penuh dengan lumuran lumpur yang tak berperasa. Hmm.. Tapi yasudahlah. Semua plot telah diatur olehNya. Kita hanya bisa menjalaninya saja. 

20 Years Old

\

Yeay!!! "20th" 
Orang bilang, diumur ini, kita bakal banyak tantangan. Kita disuruh untuk berpikir lebih jauh tentang kehidupan kita di masa depan. Awalnya, agak serem juga sih. Karena dia juga pernah bilang, kalau diumur ini kita biasanya dihadapkan dengan pilihan yang begitu rumit. Karena pilihan tersebut akan menentukan laju jalan kehidupan kita di masa yang akan datang. 
Kupikir, serem juga ya kalau misalnya diumurku yang 20 tahun itu aku harus dipaksa untuk memikirkan tentang hal yang belum sempat kupikirkan sendiri. Hahaha... 
But, ternyata nggak menyeramkan juga kok sob! Memang sih, dengan bertambahnya usia, tantangan kita jadi lebih besar. Tapi, bukan berarti kita juga harus mengalah begitu saja. Karena disanalah kita belajar untuk menjadi dewasa seutuhnya. 

Kemarin, tepat 05 Juni 2013 usiaku genap menjadi 20th. 
Aku bersyukur, karena Tuhan masih memberikanku nikmat kehidupan yang begitu nyata. Sebulan setelah ulang tahunku, aku sempat mendapat kabar yang kurang menyenangkan. Orang tuaku ingin menjodohkanku dengan salah satu putra dari temannya. "Katanya" Ia memang sudah bekerja, usianya kurang lebih beda 2 tahun denganku. Aku sempat syok mendengar wacana tersebut. Tapi, kupikir, kenapa mesti takut. Toh belum tentu dia jodo kita kan? hahaha.. Akhirnya aku kembali bersikap seperti biasanya. 

tadaaaaa.... Dua hari setelah lebaran, aku kembali di syok-kan dengan kabar yang kurang menyenangkan lagi. Lagi-lagi ada seseorang selalu datang ke rumah, dan bibiku bilang dia menyukaiku. Wadah! Busyet dah. Sereeeeemmm.... 

Heuheuheu... Emang kampung kalii yaaa... Kalau ada wanita yang berumur 20th belum menikah itu biasanya dipandang agak remeh oleh mereka. Tapi, untunglah aku masih kuliah. Setidaknya ada alasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Hahahaha

Ternyata, umur 20 tahun itu tidak menyeramkan juga. Aku malah bersyukur, karena diumurku yang 20 tersebut, banyak sekali perubahan yang menjadikanku lebih dekat dengan keluarga. 
Thanks honey...
Thanks semuanyaaaaaa.... 
I love my 20 years old. hihihi...
#KontroversiH***


"Life is a choice"


Ya, entah memilih untuk menjadi pribadi yang buruk? Menjadi sesosok makhluk yang disegani banyak orang? Menjadi apapun? Ya, itu adalah pilihan sendiri. Terserah mau jadi apapun. Karena kalian yang akan menjalaninya. 

Hari ini, aku memutuskan untuk tidak aktif di dunia kampus. Entah kenapa, rasanya tidak ada satu hal pun yang membuatku tertarik untuk terjun disana. Mungkin karena aku orangnya nggak mau berlanjut kalau misalnya kegiatan tersebut tidak memiliki energi positif buatku. Aku ngerasa, kalau misalnya aku terus bergelayut dalam kegiatan tersebut, mungkin aku hanya akan menyia-nyiakan waktu saja. Hmm... cukup sombong dan egois sih. Tapi kurasa, hidupku hari ini bukanlah untuk mencari kesenangan semata. Kini aku harus sudah menata hidup yang lebih baik. Dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk hal-hal yang kurasa itu merupakan salah satu jalan menuju penggapaian citaku. 

Ya, fokusku hari ini bukanlah pada organisasi lagi. Tapi pada masyarakat sekitar dan pada mimpiku (Menjadi novelis internasional). 

Bagiku, diumurku yang ke-20 ini bukan lagi waktunya untuk berleha-leha dan bermain-main saja. Hari ini adalah waktunya untuk beraksi. Untuk pengabdianku pada masyarakat, aku memilih untuk aktif di kota kelahiranku sendiri. Ya, aku masuk ke departemen Advokasi, Divisi Pendidikan. Awalnya aku lebih memilih seni budaya dan pengembangan daerah, karena aku ingin mengembangkan kesenian daerah. Ingin melestarikan, mengembangkan hingga mengenalkannya ke dunia luar. Serta, akupun ingin mengembangkan daerah sendiri. Aku ingin membantu masyarakat untuk mengembangkan daerahnya masing-masing. Tapi, karena [mungkin] dari dulu aku lebih concern ke dunia pendidikan. Akhirnya mereka lebih mempercayaiku untuk bekerja di bidang pendidikan bag. advokasi. Hmm... Okelah, tak apa. Karena generasi yang hebat juga salah satunya berawal dari pendidikan yang hebat... 

Untuk menjadi novelis internasional, hari ini aku lebih fokus untuk mengedit kembali tulisan yang sempat ditolak kemarin. Meskipun hari ini aku memutuskan untuk tidak aktif lagi di komunitas kepenulisan, tapi aku bisa belajar sendiri. Belajar dari semua hal. Aku tak perlu lagi tips-tips, aku hanya butuh praktek. Sudah bosan aku dengan tips-tips menulis yang baik [yang selalu dipamerkan oleh mereka], aku hanya ingin praktek. Egois sih memang, tapi aku hanya ingin memanfaatkan waktuku saja. Aku tak ingin memikirkan hal-hal lain, selain dari jalan menuju impian ku. Cukup! Itu yang kupikir dan kujalani sekarang! Terserah orang lain mau menganggapku apa. Tapi yang jelas, diamku bukan berarti diam belaka. Tapi diamku adalah untuk mencapai mimpiku.