RSS

youtube: Naiko Chanel

click to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own textclick to generate your own text

Lelaki Terhebat


by: Swittri Dewi Tambun
Ayah… begitulah kupanggil lelaki terhebat dalam hidupku. Tak habis kisahku tentang laki-laki ini. Lelaki dengan guratan takdir sempurna, dengan seribu damai dan tentram yang tertera di kerutan keningnya. Hari-harinya begitu keras. Hari-hari betapa seorang Ayah mempertaruhkan segalanya demi anak-anaknya. Ia seorang yang tangguh, dentuman ombak yang begitu keras dan riuhnya badai tidak mengalahkan keberaniannya. Ya, dia adalah seorang pelaut. Entah di negeri mana ayah sekarang berada, tetapi yang kutahu dia selalu ada di hatiku.
Sewaktu aku masih kecil, ayah mengajariku untuk mencintai malam, malam yang menjadi ketakukan bagi anak-anak lain. Ketika malam mulai merapat ayah sering memainkan gitar tuanya dan mengajak ibu untuk bernyanyi, aku hanya bisa tertawa memandangi tingkah lucu mereka dan menyadari bahwa betapa beruntungnya aku dilahirkan dalam harmoni keluarga ini. Ketika ayah pergi ke negeri orang untuk melaut, aku dan ibu masih melakukan hal yang sama. Kami akan pergi ke halaman rumah, sambil memandangi bintang dan bulan yang begitu memberikan kedamaian, disaat itu aku berharap ayah juga akan melihat hal yang sama sehingga rasa rindunya terhadap kami akan terobati.
Kumulai memainkan jemariku pada gitar tua yang ayah tinggalkan, “ Ayahku tak pernah ada di rumah…… setiap hari katanya mencari uang….. Aku rindu belaian kasihnya…. Aku perlu bimbingan darinya….”, dengan suaraku yang merdu aku menyayikan lirik ini. Lalu ibu akan membalasnya, “ Anakku .. jangan kau mengeluh saja, ayahmu kini bertugas diluar kota… Ibu juga rindu pada ayah.. Tanpa ayah hidup ini hampa …”  Ibu yang mengajariku lagu ini. Lalu kami berdua akan bernyanyi di bagian reff “ Ayah… dengarlah jeritan kami ini, berilah sedikit waktu untuk anakmu. Oh ayah.. yang tercinta..”. Entah darimana ibu mengetahuinya, tapi yang kutahu lagu tua ini akan menjadi ramuan yang pas untuk mengobati rinduku pada ayah, karena pada saat menyayikan lagu ini hati kecilku berharap agar ayah mendengar jeritan lagu yang kami nyanyikan untuk ayah, agar ayah yang tercinta memberikan waktu untuk bertemu dengan kami keluarganya.
Aku sangat tahu betapa besar kerinduan ibu kepada ayah, hal itu tersirat jelas dalam matanya yang berkaca-kaca ketika menyayikan lagu tersebut. Aku sering memergoki ibu menangis ketika ia sudah merasa tidak sanggup menghadapi rintangan keluarga kami, ketika ibu sudah lelah menjadi ayah sekaligus ibu rumah tangga di rumah kami.
 Aku juga sangat tahu kerinduan adikku kepada ayah. Ketika ibu memukulnya ia hanya berteriak memanggil “ayah…ayah”, bahkan ketika adik tisur ia masih sering berteriak memanggil yah dan meminta untuk dibelikanmainan oleh ayah. Sementara aku, aku hanya bisa menangis dalam hati melihatnya sambil mengusap kening adikku.
Setelah lulus SMA, ayah sedikit memaksaku untuk menjadi seorang dokter. Aku tahu bahwa seluruh paksaan yang dilakukan ayah semata – mata hanya karena memikirkan masa depanku nanti. Tetapi tetap saja ayah tetap tersenyum dan mendukungku saat pilihanku tidak sesuai dengan keinginan ayah. Setelah aku menjadi gadis dewasa, aku harus pergi kuliah dikota lain. Dengan sejuta kesenangan ayahku mendapatkan kesempatan untuk mengantarkanku. Aku mendengar jelas suara hati ayah yang berkata “Segenap jiwa dan ragaku siap mengantarkanmu Nak menjemput impian terindahmu.”

Ayah harus melepas kepergian putri kecilnya di bandara. Aku mengerti mengapa badan ayah terasa kaku untuk memelukku, yang ayah lakukan hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhku untuk berhati-hati. Padahal tersirat jerat di raut wajahnya bahwa ia ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukku erat-erat. Tetapi yang ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakku. Aku tahu ayah lakukan itu agar aku kuat, kuat untuk pergi dan menjadi dewasa di negari antah-berantah untuk menimba ilmu.

Ketika aku tanpa sengaja melihat ayahku sedang mengusap  wajahnya yang mulai berkerut, dengan badannya yang mulai membungkuk, dan suara batuknya yang khas itu. Aku mengerti kenapa ayah tak mudah menangis bukan karena ayah tak punya airmata, tapi karena sebelum keluar dari mata Ayah, air mata ayah sudah berubah menjadi keringat dan peluh, yang  ayah pertaruhkan setiap hari agar keringat itu bisa berubah menjadi uang, yang bisa kau gunakan untuk memenuhi semua kebutuhanku.
Pernah sesekali aku bertanya kepada ibu, “Ibu kenapa ayah jarang meneleponku ? Kenapa ayah tidak memanjakanku seperti teman-temanku yang dimanjakan oleh ayahnya ? ” Ibu menjawabku dengan penuh kehangatan , “Nak, ayah jarang meneloponmu bukan karena tidak ada rasa rindunya kepadamu. Tahukah kau bahwa ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneloponmu. Ayah harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Ketika kau marah pada ayah dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Ayah yang menyuruh ibu untuk datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah. Tahukah kau anakku, bahwa saat itu bahwa saat itu  memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi ayah harus menjagamu. Ayah ingin putri kecilnya menjadi anak yang manja dan pemarah. Anakku ketika teman lelaki mu datang kerumah, ayah memasang wajah yang paling mengerikan. Itu semua ayah lakukan agar putrinya yang cantik tidak salah memilih orang. Ayah takut lelaki itu tidak dapat menggantikan posisinya ketika rambutnya semakin memutih, dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Karena bagi ayah, putrid kecilnya adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga.”
Aku tak dapat membendung air mataku mendengar jawaban itu, maafkan aku ayah. Maafkan aku jikalau aku membuat ayah sedih. Maafkan aku kalau suatu hari nanti aku tidak melihat senyuman terindah itu tidak menghiasi wajah damaimu. aku tahu ayah masih akan tetap menjadi sosok yang harus selalu terlihat kuat. Kini aku sudah menjadi gadis dewasa ayah, tetapi aku masih ingin menjadi putri kecil ayah yang lucu. Aku masih ingin berada dalam pangkuanmu. Aku masih ingin dimarahi oleh ayah ketika aku berbuat nakal.
Aku ingin menunjukkan kepadamu ayah bahwa aku bisa sekuat ayah. Ketika aku diwisuda sebagai seorang sarjana. Aku yakin ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat  “Putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”. Hanya ini yang bisa aku persembahkan untuk ayah, nilai terbaik dan gelar sarjana untuk mencari pekerjaan yang layak. Aku selalu bertekat dalam hatiku ketika kelak aku bekerja, aku akan menyuruh ayah untuk tidak bekerja lagi di kapal. Tidak pergi ke negeri orang menghadapi buasnya lautan untuk menghidupi keluarganya. Supaya ibu tak lagi berkaca-kaca matanya dan adik tidak lagi berteriak “ayah” saat dia kesakitan dipukul ibu, karena ayah sudah akan ada di rumah kecil kami ketika aku sudah dapat pekerjaan. Ayah.. Aku ingin berkorban seperti ayah berkorban untukku. Tetapi apa yang bisa aku lakukan ayah ?  aku hanya bisa berdoa, berdoa dan berdoa  agar engkau selamat, agar engkau beroleh hikmat. Di depan tumpukan buku-buku ini aku berjanji untuk berhasil dalam studiku. Aku akan bersaing dengan orang-orang hebat yang aku temui saat ini di bangku kuliah.
 Ayah… kau tahu betapa aku mencintaimu. aku selalu membutuhkanmu sekalipun aku sudah bertumbuh dewasa, aku ingin selalu bersamamu. Aku tidak takut apapun ketika kau ada didekatku, karena kau akan menuntunku di tempat yang paling gelap sekalipun. Kau tahu ayah, kau ada dan akan selalu ada dalam mimpiku. Aku mencintaimu ayah, kaulah idolaku. Aku ingin selalu mempersembahkan yang terbaik untuk ayah. Ayah orang yang paling memahamiku. Sewaktu kecil, ayah memainkan semua permainan yang aku sukai. Ayah mengajariku berdoa. Aku selalu mendengar ketika ayah bertelut meminta kepada Tuhan, ada namaku ayah sebut. Aku akan sangat bangga menceritakan tentang ayah kepada teman-temanku. Ayah yang paling tangguh dan sabar. Aku akan menjadi putri terbaikmu ayah karena Ayah telah menjadi ayah terbaikku.  Ayah terbaik sepanjang abad. Bagaimana dengan ayahmu ?


Tambah Kosa Kata

Ayooo kita tambah kosa katanya... :)


  1. ねます (Tidur)
  2. おきます(Bangun)
  3. かお を あらいます (Mencuci muka)
  4. は を みがきます (menyikat gigi)
  5. シャワー  を あびます (Mandi)
  6. おいのり を します (shalat)
  7. ひるね を します (Tidur siang)
  8. しゅくだい を します(Mengerjakan PR)
  9. あさ (Pagi)
  10. ひる (Siang)
  11. よる (Malam)
  12. ききます (Mendengarkan)
  13. ラジオー (Radio)
  14. テープ (Tape)
  15. よみます (Membaca)
  16. ざっし (Majalah)
  17. しんぶん (Koran)
  18. まんが (Komik)
  19. しょうせつ (Novel)
  20. かきます (Menulis)
  21. てがみ (Surat)
  22. さくぶん (Karangan)
  23. にっき (Diary)
  24. いきます (Pergi)
  25. がっこう (Sekolah)
  26. えいがかん (Bioskop)
  27. かえります (Pulang)
  28. うち (Rumah)
  29. たべます (Makan)
  30. たまご (telur)
  31. ぱん (Roti)
  32. にく (Daging)
  33. さかな (Ikan)
  34. ごはん (Nasi)
  35. やさい (Sayuran)
  36. くだもの (buah-buahan)
  37. のみます (Minum)
  38. こちゃ (Teh)
  39. みず (Air Putih)
  40. ぎゅうにゅう (Susu)

Kata Kerja Golongan Ke 2 dan 3

おはよう ございます。おひさしぶり ですね。
いま、わたしたち は 日本語 を べんきょうします。

Haduh, sudah lama tidak berjumpa.
Sekarang mari kita lanjutkan kembali pembelajaran kita mengenai kata kerja.
Kemarin, kita sudah sampai pada kata kerja golongan pertama  ya? Sekarang mari kita lanjutkan ke kata kerja golongan ke dua dan tiga.

Kata kerja golongan ke dua adalah kata kerja yang diakhiri oleh ~iru dan ~eru. Sedangkan kata kerja golongan ke tiga adalah kata kerja yang berakhiran ~uru. Contoh:
~iru (いる)     : みる (melihat)
~える    : たべる (makan)
~uru (うる) :する (melakukan)
Perubahan bentuk menjadi bentuk masu:
1. Miru : ru disana dibuang kemudian diganti dengan masu. Jadi Mimasu, artinya melihat.
2. taberu : sama juga, ru diganti menjadi masu. jadi tabemasu, artinya makan.
3. suru : nah, untuk kata kerja golongan ke tiga uru dibuang/diganti dengan imasu. Jadi, shimasu.

Bagaimana mengerti tidak?
hhhuuuhhh
Setelah beberapa minggu terjerat dengan sibuknya aktifitas, akhirnya sekarang bisa menghela nafas di kosan. Meski kepala pusing dan hidung mampet, tapi tak apalah. Yang penting bisa merebahkan badan sejenak. 
zzzzz.... Benar-benar nyut-nyutan deh ini kepala. Rasanya kalo sudah begini pengen pulang ke rumah saja. Tak ada teman yang bisa memperhatikan, semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi ya, buat apa juga kali memperhatikanku?ahahaha Dasaaarr!

Sebenarnya, aku disini hanya ingin menyapa saja. Dulu yang biasanya aku bisa menulis setiap saat, tapi kali ini tidak. Kesibukan semakin melanda. Bahkan kemarin-kemarin aku sering pulang malam untuk menguruskan hal tersebut. 
hmm...
Tapi dengan kesibukanku, ternyata semua penat yang menghantui jiwa sedikit demi sedikit terlupakan. Tak pernah lagi terbayang...

Kini aku merasa seperti terbang diangkasa. Tak peduli dengan kata orang yang selalu menganggapku sebagai seorang yang idealis dan tidak realis. Bahkan ia bilang "Pantesan tingkat 2! Masih idealis"
Hadaaahhhh, dibilang seperti itu? jleb bangetlah. 
Okelah, sepintas mungkin mereka melihatku sebagai orang yang seperti itu. Namun, perbuatan yang akan menjadikan keidealisanku itu berubah menjadi hal yang realis. Tapi tekadku yang terlihat idealis itu membuat aku terus belajar. 
"Untuk apa sekolah? kan ada buku. Dari buku kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan." katanya. 
Kemudian "Untuk apa sekolah? Untuk apa memikirkan negara? Emang kita nggak bisa hidup tanpa negara? Saya aja, 8 tahun masih menganggur."
zzzzz.... semua pertanyaan itu membuatku geram. Setelah aku jawab, ia masih saja terus bertanya dan seolah meyakinkan bahwa sebenarnya aku itu masih terlalu idealis dan harus berubah menjadi seorang yang realis. Tapi aku tidak bisa dengan mudahnya berubah menjadi orang yang seperti itu. Dari dulu, karakterku memang sudah seperti ini, semuanya harus tersusun dengan rapi. Dan mengerjakannya satu persatu dengan terstruktur. kemudian  mencatat semua yang sudah aku kerjakan dan belum aku kerjakan.
Dengan begitu, aku bisa mengetahui mana saja hal yang belum aku kerjakan dan mana saja yang sudah aku kerjakan. Supaya memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. 
gggggggrrrrrrr...... Tapi ya sudahlah, kepalaku malah makin pusing kalo mengingatnya
heuheuheu

Tapi lumayan keren juga sih dengan pemikiran akang itu. ahahaha

Kali ini aku terdiam, 
terdiam yang bukan sekedar terdiam. 

Diam dalam sepi yang mempesona.
Kali  ini aku terhanyut dalam lamumanku. Lamunan yang jika semua orang tahu, mereka pasti akan menertawakannya. Pernah suatu hari ku ceritakan lamunan senjaku itu. Namun, entah mungkin karena pikirannya sudah terkonstruksi seperti itu atau apa. Yang jelas, mereka selalu tersenyum sinis ketika mereka tahu kalo lamunanku seperti itu.

Tak pantang menyerah,
Justru senyum sinis serta perkataan mereka justru kembali membangkitkan semangatku. Aku duduk terpaku dengan semua ini. Memikirkan semua strategi yang belum aku gunakan dengan baik. 

Sepi, sungguh sepinya hidup ini tanpa kehadiran mereka. 
Tapi satu hal yang selalu memberikan energi padaku. Tatkala aku kalah dalam sesuatu, ya .. Tatkala orang lain bersedih dengan kekalahannya, aku malah tersenyum. Mereka menangis, aku tertawa. Mereka bingung, aku sibuk mengotak-atik netbook. Mereka galau, aku masih tersenyum. 

Sapaan Pagi

hmm... Selamat pagi teman-teman...
Sayang, sekarang aku tidak bisa menulis sesering dulu. Padahal aku begitu merindukan kalian. Tapi, karena beberapa kesibukan yang mulai mengguyuri hidupku, akhirnya aku terpaksa mendayu dalam setiap nafasnya. 

Seperti yang kubicarakan kemarin, untuk mencapai cita-cita yang tinggi itu pasti akan ada rintangan yang tinggi pula. Tapi, Alloh tidak akan memberikan masalah diluar batas kemampuan kita. Setiap masalah atau cobaan yang Alloh berikan, pasti dapat kita lewati dengan penuh semangat jikalau kita menghadapinya dengan penuh senyuman. 

Hari berganti hari, usiaku pun semakin berkurang. 
Aku tak tahu kapan Tuhan akan mengambilku kembali. 

Kemarin, baru pertama kali ada orang yang bilang bahwa aku tipe orang yang lembek. Aneh, selama hidup aku belum pernah dibilang bahwa aku itu lemah, aku itu lembek atau apapun lah kata-kata yang semacam itu. Oke, mungkin waktu itu aku agak sensi. Cape, baru pulang latihan. Eh tiba-tiba ada yang ngomong kaya gitu. Sumpahlah pengen jitak tuh orang. 
Tapi kembali berpikir, mungkin bagi orang itu aku terlihat lemah karena dia belum tahu sebenarnya siapa aku. Dia hanya melihatku dari satu sudut pandang saja dan sepintas. Tidak tahu tentang kehidupanku yang sebenarnya. Hadaaaahhhh ....
Meski mungkin kalo aku bilang seperti ini ia nggak bakalan percaya, tapi ya ya ya... Okelah, thats  his character. So, aku ngerti. Dan aku nggak bakalan musuhin dia! Ini hanya akan aku jadikan pelajaran saja. Dan mungkin aku akan memberikan bukti padanya bahwa aku tidak seperti apa yang ia simpulkan begitu saja. 

zzzzzz......
Hah, ya sudahlah!

Sekarang aku butuh udara segar untuk memulai aktivitas baruku. 
Kembali bergaul dengan anak kecil, mungkin sejenak akan menghilangkan penatku ini. 
Setelah dipusingkan dengan berbagai hal. 
Hmm.....

*ups lupa
hari ini tanggal 11???
Oh, oh oh,...
Insya Alloh deh, tulisannya kelar akhir desember, dan awal tahun baru siap tembus penerbiiiiiiittttttt.....
Aku bosen hidup keroyokan, jadi must be single! ahahaha
Amin, amin...

Give Me Some Support.....

hmm... Sudah lama nggak nongol di blog... -_-
Uhm, awal bulan ya?
Rasanya aku ingin meledak eum.. Semakin kita beranjak dewasa, rasanya beban semakin bertambah. Hadaaahhh ditambah dengan tugas yang numpuk dan nggak pernah beres-beres. Beres satu datang lagi yang lainnya. Grrrr
Well, ini mungkin karena pilihan kita juga. Seandainya kita tidak berkecimbung di dunia yang sekarang kita terjuni mungkin kita tidak akan pernah merasakan seabreg tugas yang nggak pernah selesai-selesai. 

Hmm... akhir-akhir ini, tak seperti biasanya. Biasanya aku yang menyemangati orang yang sedang down. Tapi rasanya kali ini aku yang membutuhkan motivasi dari kalian. Rasanya motivasiku sedang turun. Tak ingin mengerjakan apa-apa. Mungkin saking banyaknya, jadi bingung harus mana dulu yang dilakukan. Orang bilang, aku terlalu autis, tapi ya mungkin ini karena pekerjaanku yang seperti ini. 
Tugas dan tugas...
Entah itu tugas di perkuliahan, organisasi dan lain sebagainya. 

Hah, tak ada orang yang bisa menyemangatiku hari ini. 
Yang bisa aku lakukan hanyalah menyendiri dan merenungkan apa saja yang telah aku perbuat selama ini. 

Malam ini, aku menatap langit yang tak begitu cerah. Warnanya begitu redup. Tak ada bintang yang biasa menemani. Tak ada pula angin yang menyejukan. Kini hanyalah sekumpulan awan yang tanpa cahaya. 
Rasanya, hatiku juga mulai meredup. aku mulai merasakan kejenuhan di dunia ini. Aku hanya ingin tinggal bersama keluargaku. Aku hanya ingin meluangkan waktuku untuk mereka semua. Aku hanya ingin kemesraan dari mereka semua. 

Ya.. Aku butuh kehangatan.

Sayang, malam ini terlalu sepi. Tak ada teman yang menemani. Bahkan cicak dan nyamuk sekalipun yang biasanya datang untuk sekedar menyapa juga tak ada. Yang ada hanyalah setumbuk kertas yang tampaknya mulai mau melayang-layang didepanku. 

Aku butuh seseorang.
Aku butuh siapapun yang bisa membangkitkan semangatku. 
Aku butuh Engkau. 
Siapapun dan dimanapun. 

:'(